Labuhanbatu NusantaraNews-Today – Pemandangan memilukan terlihat di jantung Kota Aek Nabara, tepat di kawasan tugu ikonik Kecamatan Bilah Hulu. Sampah menumpuk sembarangan, kendaraan becak barang terbengkalai, dan tugu lambang kebanggaan masyarakat kini tampak seperti monumen dari kota mati: lapuk, rusak, dan ditelantarkan.
Warga sudah lama menjerit. Bahkan anggota DPRD, Sudarmanto STP Dari Partai PAN (partai amanat nasional), berkali-kali menyampaikan persoalan ini dalam sidang paripurna. Tapi suara itu terus dipendam dalam ruang hampa. Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dan dinas lingkungan hidup masih saja diam membisu.
BACA JUGA ARTIKEL INI Kapolres Simalungun Dampingi Kunjungan Tim Itwasum Polri dalam Pengawasan Operasi Ketupat Toba 2025
“Sudah saya sampaikan berulang kali di sidang paripurna agar pemerintah daerah serius menangani kebersihan Kota Aek Nabara. Tapi nihil. Pemerintah seolah tuli terhadap aspirasi rakyat,” tegas sudarmanto.
Menurutnya, solusi sementara yang dirancang adalah memagar dan mengecor ulang kawasan tugu agar sampah tidak lagi dibuang sembarangan. Namun ia mengingatkan bahwa solusi ini harus diiringi dengan kesadaran masyarakat.
“Kalau pun nanti sudah dipagar, tolong sama-sama dijaga. Jangan nanti besi pagarnya dipotong dan dijual lagi. Ini soal mental dan tanggung jawab bersama,” ungkapnya.
Permasalahan inti ternyata lebih dalam: tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) resmi di Kabupaten Labuhanbatu.
“Jangankan Aek Nabara, kabupaten kita saja tak punya TPA. Sampah kita masih menumpang di lahan milik PTP, itu pun sudah penuh! Ini yang harus segera dicarikan solusi konkret,” jelas Sudarmanto.
Sudarmanto dan rekan-rekannya di DPRD kini mendesak perusahaan BUMN terkait untuk segera membebaskan lahan seluas 5 hektare guna dimanfaatkan sebagai TPA akhir. Hal ini dinilai krusial demi mengatasi krisis pengelolaan sampah yang sudah keterlaluan ini.
BACA JUGA ARTIKEL INI Kapolres Simalungun Hadiri Rapat Teknis Penanganan Banjir di Pasar Bawah Serbalawan
“Kami berharap Bupati yang sekarang bisa memberikan respons tegas dan serius terhadap desakan ini. Ini bukan sekadar kepentingan politik, tapi menyangkut martabat daerah dan kesehatan masyarakat,” tandasnya.
Ironisnya, kondisi tugu juga tak kalah menyedihkan. Bagian atapnya tampak nyaris roboh, cat mengelupas, lampu rusak, dan jam dinding mati. Tugu yang seharusnya menjadi simbol kejayaan daerah kini justru jadi bukti kegagalan pengelolaan kota.
Hingga berita ini diterbitkan, tidak ada satu pun pernyataan resmi dari pihak Pemkab Labuhanbatu maupun dinas terkait. Media ini telah berupaya meminta klarifikasi, namun hasilnya nihil. Rakyat menunggu aksi nyata, bukan sekadar wacana.
Redaksi Nusantara News Today menegaskan akan terus mengawal persoalan ini. Jika pejabat terus abai, maka jangan salahkan publik jika hilang kepercayaan, dan langkah selanjutnya adalah desakan untuk evaluasi, bahkan pencopotan.
(suleman sinulingga)
Komentar