NUSANTRANEWS-TODAY Aek Nabara, Bilah Hulu – Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, kini bukan lagi kota yang asri, melainkan kubangan sampah yang menjijikkan. Penanganan sampah yang amburadul dan pembiaran Tugu ikonik kota yang membusuk oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhanbatu dan dinas terkait telah memicu amarah membara dari warga dan anggota DPRD. Situasi ini bukan hanya memalukan, tetapi juga mengindikasikan kegagalan total pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan dasar.
Pada Rabu, 16 April 2025, pukul 10:15 WIB, potret Aek Nabara adalah cermin buruknya tata kelola kota. DPRD Dapil 5, yang diwakili oleh H. Polma Tambunan M.Pd dan Sudarmanto S.TP, telah berulang kali berteriak lantang, mendesak Pemkab dan dinas terkait untuk segera bertindak. Namun, teriakan itu hanya menemui kebisuan dan pengabaian.
BACA JUGA Pangdam I/Bukit Barisan Perkuat Sinergi dan Kesiapsiagaan Wilayah di Deli Serdang
Masyarakat Aek Nabara kini hidup dalam neraka sampah. Ibu M. Boru Sibarani menggambarkan kondisi yang mengerikan: sampah membusuk, ulat berkerumun, bau busuk menyengat, dan ancaman wabah penyakit yang mengintai. Ironisnya, kondisi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga membahayakan keselamatan. Warga sudah menjadi korban, terjungkal ke parit dan selokan karena jalanan tertutup gunungan sampah.
Ibu B. Boru Silaen membongkar kebobrokan yang lebih dalam. Ia mengungkapkan, “Tolong bantu kami pak agar sampah itu segera dibenahi karena sampah yang ada di pasar belakang ini bukan hanya sampah dari pajak ini saja tapi tempat titik kumpulnya sampah dari desa lain seperti sampah dari Simpang P3RSU.” Namun yang lebih menyakitkan, ia menambahkan dengan nada geram, “Sampah ini sudah sangat mengganggu dan menimbulkan aroma tidak sedap dan mereka selalu mengutip retribusi sampah sebesar 15 ribu tapi sampah terus menumpuk!”
BACA JUGA Polsek Tigalingga Ringkus Bandar Narkoba, Bantah Isu Setoran ke Polisi
Retribusi dikejar, pelayanan nol! Inilah ironi yang menghantui Aek Nabara. Warga dipaksa membayar, tetapi hak mereka untuk hidup di lingkungan yang bersih dan sehat dirampas. Pemkab Labuhanbatu dan dinas terkait bukan hanya gagal, tetapi juga menghina akal sehat dengan sikap acuh tak acuh ini.
Tugu ikonik Aek Nabara, yang seharusnya menjadi simbol kebanggaan, kini menjadi monumen kemalasan dan ketidakpedulian pemerintah. Tugu ini dibiarkan membusuk, sama seperti kota yang dikelilingi lautan sampah. Berita tentang kondisi memprihatinkan ini sudah seringkali diangkat, tetapi pihak berwenang tetap bisu dan tuli.
Masyarakat Aek Nabara tidak bisa lagi menahan amarah. Mereka mencurigai adanya penyalahgunaan wewenang, korupsi, atau permainan kotor lainnya yang menyebabkan pemerintah daerah dan dinas terkait tega mengabaikan penderitaan rakyat. Kejenuhan telah mencapai puncaknya, dan tuntutan keadilan menggema di setiap sudut kota.
Aek Nabara bukan hanya membutuhkan penanganan sampah dan perbaikan tugu. Aek Nabara membutuhkan revolusi tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan, dan berpihak kepada rakyat. Jika Pemkab Labuhanbatu dan dinas terkait terus membangkang, gelombang kemarahan yang lebih besar tidak bisa dihindarkan.
(suleman sinulingga)
Komentar