NUSANTARANEWS-TODAY Aek Nabara, Labuhan Batu — Selasa, 29 April 2025. Kota Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, kembali menjadi sorotan bukan karena prestasi pembangunan, melainkan karena kegagalan sistemik dalam pengelolaan sampah. Bukan sekadar bau, tapi lumpur kebusukan yang menyelimuti wajah birokrasi lokal.
Tumpukan sampah di titik-titik strategis kota—termasuk Tugu Ikonik Bilah Hulu—telah menjelma menjadi simbol kebobrokan tata kelola lingkungan dan pembiaran yang disengaja.
BACA JUGA ARTIKEL INI Gubernur Sumut Penuhi Undangan KPK, Perkuat Sinergi Pencegahan Korupsi
Kantor Camat & DLH: Dua Institusi, Satu Sikap Menyebalkan
Wartawan Nusantara News Today mengkonfirmasi langsung ke Kecamatan Bilah Hulu dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Labuhan Batu, dan justru menemukan drama lempar tanggung jawab yang menjijikkan.
J. Saragih, Kasi Sosial Kecamatan Bilah Hulu, menjawab dengan nada enteng:
“Untuk masalah sampah yang saat ini urgen bukanlah wilayah saya untuk memberikan tanggapan.”
Ketika ditanya soal kondisi di depan mata—tumpukan sampah di sekitar kantor camat sendiri—ia bahkan balik menyindir:
Paling mengejutkan, ketika ditanya tentang peran dan solusi nyata, ia menambahkan:
“Kalau masalah pemandangan sampah itu bukan wilayah saya. Tapi saya usahakan Bapak bisa bertemu langsung dengan Camat.”
Pernyataan ini menegaskan sikap pejabat yang menghindar, tidak punya kepekaan terhadap lingkungan sekitar, dan memilih berlindung di balik birokrasi. Bahkan saat ditanya soal dana CSR untuk pengadaan gerobak sampah, ia mengaku tidak tahu.
BACA JUGA ARTIKEL INI Wisata Edukasi “Sedulur” Resmi Dibuka di Tanjung Morawa, Inisiasi Semangat Gotong Royong dan Cinta Tanah Air
Camat Bilah Hulu Bungkam – Tak Bertaring Hadapi Sampah
Lebih parah lagi, menurut pengakuan J. Saragih:
“Camat Bilah Hulu saat ini sepertinya tidak memiliki power untuk menegur masyarakat dalam penertiban pembuangan sampah… karena camat takut ada instansi terkait bergesekan.”
Kabiro Nusantara News Today pun menanggapi dengan tegas:
“Saya tadi katakan langsung, bagaimana bisa terjadi pembiaran terhadap tumpukan sampah di Tugu Ikonik Bilah Hulu?
Tugu yang seharusnya jadi simbol kebanggaan, kini jadi gudang sumber penyakit.
Jarak antara tumpukan sampah dan kantor camat hanya beberapa meter saja.
Apakah Camat tidak punya mata untuk melihat? Tidak punya hidung untuk mencium bau busuk yang setiap hari menyebar dari sana?
Ini bukan hanya kelalaian, tapi pembiaran yang disengaja dan sangat memalukan.”BACA JUGA ARTIKEL INI Resahkan Pengendara, Juru Parkir Liar Marak di Medan Marelan, Diduga Lakukan Pemaksaan
️ DLH Labuhan Batu: ‘Kami Hanya Mengawasi’
Di DLH Labuhan Batu, sikap serupa ditunjukkan. Saat dikonfirmasi, salah satu staf menjelaskan:
“Tentang penanggulangan sampah di daerah masing-masing itu memang dalam pengawasan DLH, tapi kami hanya bertugas untuk mengawasi. Ada perdanya, bahwa camat punya hak penuh mengelola sampah di wilayahnya.”
Pernyataan ini justru mempertegas kegagalan.
Kalau hanya mengawasi tanpa bertindak, untuk apa DLH berdiri? Di mana fungsi pembinaan, pendampingan, dan eksekusi lapangan selama ini?
BACA JUGA ARTIKEL INIBocah NTT Harumkan Nama Indonesia di Kancah Dunia
Analisis Redaksi Nusantara News Today
Fakta Tak Terbantahkan:
-
Sampah menumpuk di jantung kota dan titik ikonik
-
DLH dan Camat saling lempar tanggung jawab
-
Perda tentang kebersihan ada, tapi tak dijalankan
-
Warga tak lagi tahu ke mana harus mengadu
Aspek Kritis:
Ini bukan sekadar ketidakefisienan – ini adalah pengkhianatan terhadap kepercayaan publik.
Pejabat lebih sibuk menjaga citra daripada menyelesaikan masalah.
Tugu Bilah Hulu kini berubah menjadi simbol busuk birokrasi.
Aspek Edukatif:
Dari transkrip dan pengamatan lapangan, redaksi menyimpulkan akar masalah:
-
Tidak ada koordinasi nyata antar instansi
-
Pemimpin lokal tidak berani mengambil tindakan tegas
-
DLH bersikap pasif, hanya ‘mengawasi’
-
Sumber daya (truk, petugas, TPA) minim dan tidak dikelola serius
-
Tidak ada pendekatan ke masyarakat, hanya menyalahkan
- BACA JUGA ARTIKEL INI HUT Ke-154 Kota Pematangsiantar Dimeriahkan Peresmian Monumen Raja Sang Naualuh Damanik XIV
Kesimpulan Akhir:
Cukup sudah!
Aek Nabara bukan tempat sampah. Ini bagian dari republik, dan rakyatnya berhak atas udara bersih dan lingkungan sehat.
Jika Camat Bilah Hulu diam,
Jika DLH Labuhan Batu hanya menonton,
Maka Bupati Labuhan Batu wajib turun tangan!
Tegakkan aturan! Bentuk Satgas Darurat Sampah! Jangan biarkan daerah ini terus dihina oleh ketidakbecusan birokrasi.
Negara tidak boleh kalah oleh bau busuk dan ketakutan pejabat lokal.
Ditulis oleh:
Tim Investigasi & Kabiro Nusantara News Today – Labuhan Batu
Lokasi Liputan: Aek Nabara – Bilah Hulu, Labuhan Batu
Dokumentasi dan rekaman tersedia di meja redaksi
Komentar