NUSANTARANEWS-TODAY aek nabara Labuhanbatu – Jeritan pilu warga Desa Pondok Batu dan Desa Sidorukun, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, adalah tamparan keras bagi wajah birokrasi setempat. Bagaimana mungkin, di era modern ini, ratusan nyawa harus hidup berdampingan dengan genangan air limbah dan teror kemunculan ular akibat drainase PEMBIARAN yang kronis?

Investigasi mendalam jurnalis Nusantaranews-Today membongkar fakta memilukan: keluhan masyarakat yang berulang kali disampaikan kepada para pemangku jabatan di kedua desa tersebut hanya berujung pada retorika kosong. Janji manis tak pernah berbuah aksi nyata. Sementara itu, air kotor terus menggerogoti kesehatan dan ketenangan hidup warga.

banner

LEMPAR BATU SEMBUNYI TANGAN: APARAT DESA CUCI TANGAN?!

Alih-alih solusi, aparat Desa Pondok Batu dan Sidorukun justru mempertontonkan drama saling lempar tanggung jawab. Dalih klasik sengketa lahan menjadi tameng untuk menutupi ketidakbecusan dalam mencari solusi. Pengakuan Kepala Dusun Perhubungan Desa Pondok Batu bahwa masalah muncul setelah peralihan kepemilikan lahan dan penimbunan parit, adalah BUKTI ketidakmampuan mereka mengantisipasi dan menyelesaikan persoalan mendasar ini.

Lebih ironis lagi, Kepala Desa Pondok Batu mengakui keterlibatan berbagai pihak, mulai dari Koramil hingga camat, namun semuanya BERTEKUK LUTUT pada persoalan batas wilayah dan izin pemilik lahan di Sidorukun. Lantas, KE MANA fungsi koordinasi antar wilayah dan antar instansi PEMERINTAHAN? Apakah nyawa dan kesehatan warga HANYA sebatas urusan administratif yang bisa diabaikan?

KEGAGALAN PEMIMPIN: RAKYAT JADI KORBAN EGOSENTRISME?!

Pengakuan Kepala Desa Sidorukun tentang hilangnya surat hibah lahan puluhan tahun lalu sebagai biang keladi masalah, adalah BENTUK ketidakmampuan mereka mengelola aset dan sejarah desa. Solusi yang ditawarkan pun MEMILUKAN: bergantung pada belas kasihan pemilik lahan saat ini yang jelas-jelas menolak ganti rugi. INI BUKAN SOLUSI, TAPI PENGAKUAN KEBUNTUAN!

ANCAMAN NYATA: KESEHATAN TERGANGGU, TEROR ULAR MENGINTAI!

Akibat drainase yang amburadul, air limbah bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga menjadi SUMBER PENYAKIT dan sarang nyamuk. Yang lebih mengerikan, teror ular yang kerap muncul dari saluran mampet telah merenggut rasa aman warga, terutama anak-anak. SAMPAI KAPAN MEREKA HARUS HIDUP DALAM KETAKUTAN?!

WAHAI PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU! INI BUKAN SEKADAR KELUHAN, TAPI DARURAT KEMANUSIAAN!

Tidakkah kalian melihat, mendengar, dan merasakan penderitaan rakyat kalian sendiri? Jangan biarkan arogansi birokrasi dan ego sektoral merenggut hak hidup layak warga Pondok Batu dan Sidorukun! TURUN TANGAN SEKARANG!

TUNTUTAN KONKRET:

  1. PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU HARUS SEGERA MENGAMBIL ALIH PENANGANAN MASALAH DRAINASE INI! Jangan biarkan urusan dua desa menjadi alasan untuk INERTIA!
  2. BENTUK TIM SATGAS GABUNGAN lintas instansi untuk mencari solusi KONKRET dan CEPAT! Libatkan ahli lingkungan, dinas terkait, dan perwakilan masyarakat!
  3. LAKUKAN TINDAKAN TEGAS kepada pihak-pihak yang TERBUKTI lalai dan tidak responsif terhadap keluhan warga! Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci!
  4. ALOKASIKAN ANGGARAN DARURAT untuk perbaikan dan pembangunan ulang sistem drainase yang BERKELANJUTAN! Kesehatan dan keamanan warga adalah PRIORITAS UTAMA!

JANGAN TUNGGU TRAGEDI LEBIH BESAR TERJADI! INI BUKAN HANYA SOAL DRAINASE, TAPI TENTANG KEADILAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN! PEMERINTAH HARUS HADIR, BUKAN HANYA DI ATAS KERTAS, TAPI DALAM TINDAKAN NYATA!

laporan : suleman/tim

Komentar