NUSANTARANEWS-TODAY AEK NABARA, SUMUT – Aroma busuk buah sawit bercampur amis darah korban kecelakaan seolah menjadi pemandangan sehari-hari di sekitaran Pajak Aek Nabara. Bagaimana tidak, truk-truk pengangkut Tandan Buah Segar (TBS) dengan muatan MELEBIHI KAPASITAS dan TANPA JARING PENGAMAN bak raja jalanan, terus melenggang tanpa tersentuh hukum. Ironisnya, aparat kepolisian Polsek Aek Nabara yang seharusnya menjadi garda terdepan penegakan hukum, justru terkesan MEMBIARKAN praktik berbahaya ini terus berlanjut, bahkan setelah jatuh banyak korban!
“Polisi untuk rakyat?” Slogan usang itu kini hanyalah OMONG KOSONG di mata warga Aek Nabara. Bukti nyata kebobrokan penegakan hukum ini terungkap saat seorang korban melaporkan kejadian nahas akibat truk ugal-ugalan tersebut ke Polsek Aek Nabara. Alih-alih mendapatkan respons cepat dan tindakan tegas, korban justru disambut dengan pertanyaan MENGEJUTKAN dari staf piket berinisial K Siregar: “Pasal apa yang dikenakan kepada pengemudi truknya?” Sebuah pertanyaan yang jelas menunjukkan KETIDAKTAHUAN atau bahkan KETIDAKPEDULIAN terhadap pelanggaran lalu lintas yang nyata-nyata membahayakan nyawa masyarakat.
Upaya konfirmasi dari seorang jurnalis Nusantaranews-Today kepada Kanit Reskrim Polsek Bilah Hulu pun menemui jalan buntu. Jangankan tindakan nyata, respons pun TAK KUNJUNG DATANG. Lebih memilukan lagi, seorang polisi yang sedang bertugas di Polsek Bilah Hulu dengan ENTENGNYA mengatakan, “Saya sudah 30 tahun di Aek Nabara ini begini-begini aja. Bukan hanya saudara yang datang kemari, wartawan lain juga sudah ada, tapi tak ada perubahan.” Sebuah pengakuan MENYAKITKAN yang mengindikasikan adanya PEMBIARAN SISTEMATIS di tubuh kepolisian setempat.
Dalih konyol para sopir truk yang mengaku oleng jika tidak melebihi muatan dan melaju dari “jalan baru Sidorukun” semakin menambah LUKA di hati masyarakat. Bagaimana mungkin alasan SEPELE seperti itu bisa menafikan keselamatan pengguna jalan lainnya? Apakah nyawa warga Aek Nabara SEHARGA ITU di mata para pengusaha dan aparat penegak hukum?
“Kalau seperti ini, apakah kita tidak mau berubah?” tanya Sulaeman Sinulingga, seorang warga yang geram, kepada polisi yang sedang piket. Sebuah pertanyaan retoris yang menggema, menuntut PERTANGGUNGJAWABAN atas jatuhnya korban yang SEHARUSNYA BISA DICEGAH.
Lebih jauh lagi, muncul dugaan kuat bahwa KEKUATAN UANG para pengusaha TBS telah MEMBUNGKAM sistem penegakan hukum di Labuhanbatu. Bagaimana mungkin truk-truk pelanggar ini bisa dengan bebas melintas di depan kantor polisi tanpa ada tindakan berarti? ADA APA DENGAN POLSEK BILAH HULU INI? tanya sang jurnalis dengan nada geram.
Ironisnya, instansi terkait seperti Dinas Perhubungan (Dishub) pun MELENYAP TAK BERJEJAK, seolah TUTUP MATA terhadap pelanggaran yang kasat mata ini. Sementara itu, harapan masyarakat kepada anggota dewan untuk menyuarakan dan menindaklanjuti masalah ini juga KANDAS. Seorang anggota dewan yang dihubungi melalui pesan singkat justru menjawab dengan alasan “MASALAH ITU DIULAS SANGAT KOMPLEKS”. Sebuah jawaban yang terkesan CUCI TANGAN dan menunjukkan KETIDAKPEDULIAN terhadap penderitaan rakyat yang mereka wakili.
INI BUKAN LAGI SEKADAR PELANGGARAN LALU LINTAS BIASA! INI ADALAH POTRET BURAM PENEGAKAN HUKUM DAN BOBROKNYA BIROKRASI DI KECAMATAN BILAH HULU! SAMPAI KAPAN MASYARAKAT AKAN TERUS MENJADI KORBAN KEKEJIAN TRUK MAUT DAN PEMBIARAN APARAT?
laporan : suleman sinulingga/tim
Komentar